Beranda | Artikel
Keutamaan Membaca Al-Quran
Kamis, 9 Januari 2020

Bersama Pemateri :
Syaikh `Abdurrazzaq bin `Abdil Muhsin Al-Badr

Keutamaan Membaca Al-Qur’an adalah ceramah agama dan kajian Islam tematik. Pembahasan ini disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada 3 Jumadal Awwal 1441 H / 30 Desember 2019 M.

Pendahuluan Kajian Islam Ilmiah Tentang Keutamaan Membaca Al-Qur’an

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, juga kepada seluruh keluarganya dan para sahabatnya.

Pada sore hari ini insyaAllah kita akan membahas pembahasan tematik tentang “sebaik-baik dzikir adalah membaca Al-Qur’anul Karim“. Dan kajian kita pada hari ini adalah pembuka untuk kajian-kajian berikutnya. Yaitu kita akan membahas kitab yang ditulis oleh Imam Al-Ajurri Rahimahullah yang berjudul Akhlaq Hamalatil Qur’an (Akhlak-akhlak bagi orang-orang yang membawa Al-Qur’an). Dan ini sebagai pelajaran bagi kita semua bagaimana cara seseorang yang ingin mempelajari Al-Qur’an dan ingin mengamalkan Al-Qur’an. Maka pembahasan ini sangat penting sekali dan insyaAllah setelah kajian kitab ini kita akan membahas tentang kitab tersebut.

Sebaik-Baik Dzikir Adalah Membaca Al-Qur’anul Karim

Sesungguhnya sebaik-baik yang diperhatikan oleh seorang hamba yaitu berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang merupakan kalamullah (perkataan Allah Tabaraka wa Ta’ala), yang merupakan sebaik-baik perkataan, sejujur-jujurnya perkataan dan perkataan yang paling bermanfaat yaitu wahyu Allah Subhanahu wa Ta’ala yang diturunkan, yang tidak ada kebatilan didepannya maupun dibelakangnya. Dan dia adalah sebaik-baik kitab yang Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan kepada sebaik-baik Rasul yang dipilih oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dari seluruh makhlukNya yaitu Muhammad bin Abdullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman dalam Al-Qur’an ketika menjelaskan tentang kemuliaan Al-Qur’anul Karim dan keutamaannya. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

وَلَا يَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ إِلَّا جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا ﴿٣٣﴾

Dan mereka orang-orang musyrik tidak mendatangkan kepadamu dengan sesuatu kecuali Kami datangkan yang lebih benar dan lebih jelas penjelasannya.” (QS. Al-Furqan[25]: 33)

Berkata Ibnu Katsir Rahimahullah bahwa ini menunjukkan perhatian sangat besar tentang kemuliaan Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Yaitu beliau didatangi oleh malaikat dengan Al-Qur’an di waktu pagi, diwaktu sore, diwaktu safar, atau diwaktu tidak melakukan safar. Setiap kali malaikat datang kepadanya dengan Al-Qur’an, tidak seperti kitab-kitab sebelumnya yang diturunkan. Maka ini adalah kedudukan yang lebih tinggi, lebih agung, lebih mulia, daripada seluruh Nabi-Nabi yang lain Shalawatullahi wa Salamuhu ‘Alaihim Ajma’in. Maka Al-Qur’an adalah sebaik-baik kitab yang Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan dan Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah Nabi yang paling mulia yang Allah Subhanahu wa Ta’ala utus ke dunia.

Para pemirsa dan pendengar yang semoga dimuliakan oleh Allah ‘Azza wa Jalla.. Sesungguhnya keutamaan Al-Qur’anul Karim, kemuliaannya, ketinggian derajatnya adalah perkara yang diketahui oleh seluruh kaum muslimin. Karena kitabullah Al-Qur’an adalah diturunkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla dan perkataan pencipta seluruh makhluk. Di dalamnya ada berita orang-orang yang sebelum kita, juga ada kabar tentang apa yang akan terjadi setelah kita meninggal, juga ada keputusan di antara permasalahan-permasalahan yang kita hadapi. Ada perkataan yang jelas, barangsiapa yang meninggalkan Al-Qur’an maka Allah akan menghancurkannya dan barangsiapa yang mencari petunjuk pada selain Al-Qur’an maka ia akan disesatkan.

Al-Qur’an adalah tali Allah yang sangat kokoh dan dia adalah dzikir yang bijaksana. Dia adalah jalan yang lurus, tidak akan tersesat orang yang berpegang teguh dengan Al-Qur’an. Dan para ulama tidak akan habis untuk mencari faedah-faedah dari Al-Qur’an, juga orang tidak akan bosan dengan sering-sering membaca Al-Qur’an, keajaiban-keajaibannya tidak akan habis. Barangsiapa yang berkata dengan Al-Qur’an berarti dia telah berkata yang bener, barangsiapa yang beramal dengan Al-Qur’an dia akan mendapatkan pahala, barangsiapa berhukum dengan Al-Qur’an, dia berhukum dengan keadilan dan barangsiapa yang berdakwah kepada Al-Qur’an maka ia telah diberi petunjuk ke jalan yang lurus.

Maka suatu ibadah yang paling baik adalah seseorang bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah dengan membaca Al-Qur’an. Dari Farwah bin Naufal Rahimahullah beliau mengatakan bahwa Sahabat Khabbab bin Arats memegang tanganku dan mengatakannya:

يَا هَنَاهْ تَقَرَّبَ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مَا اسْتَطَعْتَ فَإِنَّكَ لَنْ تَتَقَرَّبَ إِلَيْهِ بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ كَلامِهِ

“Wahai saudaraku, mendekatlah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sesuatu yang engkau mampu yang sesungguhnya engkau tidak bisa mendekatkan diri kepada Allah dengan sesuatu yang lebih dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala melebihi dari perkataanNya.”

Sesungguhnya kemuliaan Al-Qur’an dan keutamaannya sesuai dengan keutamaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena Al-Qur’an adalah kalamullah, perkataan Allah dan sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka sebagaimana Allah Tabaraka wa Ta’ala tidak ada yang sama dengan Allah, tidak ada yang serupa dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam nama-nama dan sifat-sifatNya, maka tidak ada yang sama dan tidak ada yang serupa dengan Allah dalam ucapanNya dan perkataanNya. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala mempunyai kesempurnaan yang mutlak dalam DzatNya, dalam nama-namaNya dan sifat-sifatNya. Tidak ada sesuatu apapun yang serupa dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Allah tidak menyerupai sesuatu apapun dari makhlukNya. Maha Suci Allah dari permisalan dan persamaan.

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Tidak ada yang serupa dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-Syura[41]: 11)

Dan perbedaan antara kalamullah (perkataan Allah) dan perkataan para makhluk seperti perbedaan antara khaliq dan makhluk, seperti perbedaan antara pencipta dan yang diciptakan. Berkata Abu Abdirrahman As-Sulami Rahimahullah:

وفضل القرآن على سائر الكلام كفضل ربي على خلقه وذلك أنه منه

“Keutamaan Al-Qur’an dibandingkan dari seluruh perkataan yang lain seperti keutamaan Allah Tabaraka wa Ta’ala atas seluruh makhlukNya. Karena Al-Qur’an itu datangnya dari Allah ‘Azza wa Jalla.”

Dan juga telah diriwayatkan lafadz ini secara marfu’ kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam akan tetapi riwayat ini tidak tsabit dan tidak sahih sebagaimana dijelaskan oleh Imam Al-Bukhari Rahimahullah dalam kitab beliau Khalqu Af’al al-‘Ibad juga selainnya dari para ulama menjelaskan bahwa ini tidak shahih sampai kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Adapun maknanya maka benar dan tidak ada keraguan dalam makna dari ucapan beliau. Karena tentu tidak diragukan kekuatan, keindahan dan kelurusan dari makna yang telah diucapkan oleh Abu Abdirrahman As-Sulami karena makna ini sesuai dengan nash-nash yang sangat banyak sekali. Bahkan Imam Al-Bukhari Rahimahullah berkata dalam bab 17 Keutamaan Al-Qur’an Dari Seluruh Perkataan-Perkataan Yang Lain. Ini merupakan judul salah satu bab dari kitab shahih Al-Bukhari dan beliau menjelaskan dalam bab ini ada dua hadits yang mulia. Imam Al-Bukhari Rahimahullah menyebutkan dua hadits dalam bab ini.

Pertama, hadits Abu Musa Al-Asy’ari Radhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau mengatakan:

مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الأُتْرُجَّةِ؛طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَرِيحُهَا طَيِّبٌ, وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ؛ كَمَثَلِ التَّمْرَةِ, طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَلاَ رِيحَ لَهَا, وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ مَثَلُ الرَّيْحَانَةِ؛ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ, وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ طَعْمُهَا مُرٌّ وَلاَ رِيحَ لَهَا

“Perumpamaan seorang mukmin yang membaca Al-Qur’an seperti buah utrujah; yang rasanya enak baunya juga enak, dan perumpamaan orang beriman yang tidak membaca Al-Qur’an seperti kurma; yang rasanya enak akan tetapi tidak ada baunya, dan permisalan seorang munafik yang membaca Al-Qur’an seperti royhanah; yang baunya enak akan tetapi rasanya pahit, dan permisalan seorang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah handzalah; yang rasanya pahit dan tidak ada baunya.” (HR. Bukhari)

Berkata Ibnu Katsir Rahimahullah dalam kitab Fadhail Al-Qur’an yaitu penjelasan secara ringkas keutamaan dan faedah membaca Al-Qur’an Karim dalam shahih Bukhari, beliau mengatakan kenapa disebutkan hadits ini dalam bab keutamaan Al-Qur’an? Karena enaknya atau harumnya bau itu sesuai dengan adanya Al-Qur’an atau tidak adanya dalam diri seseorang. Maka ia menunjukkan kemuliaan Al-Qur’an dari perkataan-perkataan selainnya yang keluar dari seorang yang baik atau seorang yang tidak baik.

Adapun hadits yang kedua yang disebutkan oleh Imam Bukhari dalam bab Keutamaan Al-Qur’an Dari Seluruh Perkataan-Perkataan Yang Lain, yaitu hadits Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anhuma dari Nabi Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau mengatakan:

إِنَّمَا أَجَلُكُمْ فِي أَجَلِ مَنْ خَلَا مِنْ الْأُمَمِ كَمَا بَيْنَ صَلَاةِ الْعَصْرِ وَمَغْرِبِ الشَّمْسِ وَمَثَلُكُمْ وَمَثَلُ الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى كَمَثَلِ رَجُلٍ اسْتَعْمَلَ عُمَّالًا فَقَالَ مَنْ يَعْمَلُ لِي إِلَى نِصْفِ النَّهَارِ عَلَى قِيرَاطٍ فَعَمِلَتْ الْيَهُودُ فَقَالَ مَنْ يَعْمَلُ لِي مِنْ نِصْفِ النَّهَارِ إِلَى الْعَصْرِ عَلَى قِيرَاطٍ فَعَمِلَتْ النَّصَارَى ثُمَّ أَنْتُمْ تَعْمَلُونَ مِنْ الْعَصْرِ إِلَى الْمَغْرِبِ بِقِيرَاطَيْنِ قِيرَاطَيْنِ قَالُوا نَحْنُ أَكْثَرُ عَمَلًا وَأَقَلُّ عَطَاءً قَالَ هَلْ ظَلَمْتُكُمْ مِنْ حَقِّكُمْ قَالُوا لَا قَالَ فَذَاكَ فَضْلِي أُوتِيهِ مَنْ شِئْتُ

“Sesungguhnya perumpamaan ajal kalian dan ajal umat-umat sebelum kalian, seperti atara shalat ashar dan waktu tenggelamnya matahari. Dan permisalan kalian dengan ummat Yahudi dan Nashrani, seperti seseorang yang menggunakan pekerja-pekerja kemudian ia mengatakan, ‘Siapa yang berkerja untukku sampai pertengahan hari, maka aku akan berikan satu Qirath.’ Maka orang Yahudi pun melakukan pekerjaannya. Kemudian berkata lagi orang tersebut, ‘Siapa yang bekerja untukku dari pertengahan siang hingga ashar, maka baginya satu Qirath.’ Maka orang-orang Nashrani pun bekerja. Kemudian kalian bekerja dari sejak ashar hingga maghrib dengan upah dua Qirath. Maka mereka pun protes, ‘Kamilah yang paling banyak beramal, namun lebih sedikit ganjarannya.’ Maka Allah pun mengatakan, ‘Apakah Aku menzhalimi atau mengurangi dari hak kalian? ‘ mereka menjawab, ‘Tidak.’ Maka Allah mengatakan, ‘Itu adalah karuniaKu, Aku berikan kepada siapa yang Aku kehendaki.”

Berkata Ibnu Katsir Rahimahullah bahwa kesesuaian terjemah atau judul bab ini dengan hadits ini yaitu umat ini meskipun pendek waktunya/ajalnya, namun mengungguli umat-umat sebelumnya walaupun umur mereka pendek sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ

Kalian adalah sebaik-baik umat yang dikeluarkan untuk manusia.” (QS. Ali-Imran[3]: 110)

Dalam musnad dan sunan dari Bahz bin Hakim, dari bapaknya, dari kakeknya, berkata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

أَنْتُمْ تُوفُونَ سَبْعِينَ أُمَّةً أَنْتُمْ خَيْرُهَا وَأَكْرَمُهَا عَلَى اللَّهِ

“Kalian seperti dengan 74 umat, kalian yang terbaik dan yang paling muliah di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala” (HR. Ahmad)

Dan umat ini mendapatkan  keutamaan seperti ini karena berkah Al-Qur’anul Karim yang Allah Subhanahu wa Ta’ala muliakan dari seluruh kitab-kitab yang Allah turunkan sebelumnya dan penghapus serta penutup risalah-risalah sebelum kitab Al-Qur’an. Karena semua kitab-kitab yang turun ke bumi itu diturunkan sekaligus. Adapun Al-Qur’an, maka diturunkan secara berangsur-angsur sesuai dengan kejadian-kejadian yang terjadi dan sesuai dengan kondisi yang terjadi ketika ayat tersebut diturunkan.

Dan umat terdahulu yang paling banyak yaitu Yahudi dan Nasrani. Maka Yahudi diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk beramal dengan Taurat dari zaman Musa sampai zaman Isa ‘Alaihimussalam. Kemudian Nasrani mulai diutusnya Isa sampai diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Kemudian umat ini beramal sampai kiamat terjadi. Dan inilah yang dimiripkan “waktu sore hari” karena umat ini adalah umat terakhir dan setelahnya akan terjadi kiamat.

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan umat-umat sebelum umat Muhammad satu Qirath satu Qirath. Yaitu satu Qirat pahala. Adapun umat Muhammad, mereka diberikan dua Qirath dua Qirath. Yaitu dua kali lipat apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada umat-umat sebelumnya. Maka umat-umat sebelumnya (Yahudi dan Nasrani) mengatakan, “Wahai Tuhan kami, kenapa kami lebih banyak beramal namun lebih sedikit pahalanya?” Maka Allah mengatakan, “Apakah Aku kurangi dari upah kalian sedikit pun?” Mereka mengatakan, “Tidak” Lalu Allah berkata, “Itu adalah karuniaKu lebih dari apa yang aku berikan kepada siapa yang Aku kehendaki.” Ini sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّـهَ وَآمِنُوا بِرَسُولِهِ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِن رَّحْمَتِهِ وَيَجْعَل لَّكُمْ نُورًا تَمْشُونَ بِهِ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ۚ وَاللَّـهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿٢٨﴾

“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan berimanlah kepada RasulNya. Allah akan memberikan kalian dua kali lipat dari rahmatNya dan menjadikan untuk kalian cahaya yang kalian berjalan dengannya dan Allah akan mengampuni kalian dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

لِّئَلَّا يَعْلَمَ أَهْلُ الْكِتَابِ أَلَّا يَقْدِرُونَ عَلَىٰ شَيْءٍ مِّن فَضْلِ اللَّـهِ

“Agar ahlul kitab mengetahui bahwasannya meraka tidak mampu untuk menguasai sedikitpun dari keutamaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

وَأَنَّ الْفَضْلَ بِيَدِ اللَّـهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَاءُ

“Dan sesungguhnya karunia Allah ada di tangan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Dia berikan kepada yang Dia kehendaki.”

وَاللَّـهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ

“Allah pemilik karunia yang agung dan sangat banyak.”

Simak pada menit ke-28:18

Downlod MP3 Ceramah Agama Tentang Keutamaan Membaca Al-Qur’an


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48049-keutamaan-membaca-al-quran/